AYAT SAKTI
DITURUNKAN
SAAT
HIJRAH NABI


AYAT SAKTI DITURUNKAN SAAT HIJRAH NABI
Hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah terjadi pada tahun ke 13 setelah kenabian. Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan rombongan dari Mekah ke Madinah terjadi karena di Mekah sudah tidak aman lagi bagi umat Islam. Banyak orang Mekah melakukan tindakan kekerasan serta teror kepada komunitas muslim yang masih minoritas hanya karena keyakinan yang berbeda. Bukan hanya itu kekerasan fisik seperti penganiayaan mengakibatkan luka fisik dan luka mental, seperti ancaman, teror mental, hingga intimidasi terjadi kepada umat Islam. Kondisi demikian membuat Nabi memutuskan mengajak kaum Islam di Mekah untuk hijrah ke Madinah atau Yatsrib. Berita tentang hijrah samapai pada telinga kaum kafir Quraisy dan membuat para pemimpin Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk merencanakan pembunuhan terhadap Nabi. Abu Jahal, salah satu pemimpin Quraisy yang sangat memusuhi Nabi, mengusulkan agar mereka mengutus seorang pemuda dari setiap kabilah untuk secara bersama-sama menyerang dan membunuh Nabi Muhammad SAW. Dengan cara ini, tanggung jawab atas pembunuhan tersebut akan terbagi di antara banyak kabilah, sehingga keluarga Bani Hasyim (keluarga Nabi) tidak dapat menuntut balas terhadap satu kabilah saja. Allah Swt menginformasikan rencana jahat ini kepada Nabi Muhammad Saw melalui wahyu. Nabi kemudian memutuskan untuk hijrah ke Madinah, menyusun rencana hijrah dengan sangat hati-hati. Dikisahkan bahwa pada saat pasukan pembunuh dari Kafir Quraisy sudah mengepung rumah Nabi Muhammad dari berbagai sisi dan disituasi genting itu Nabi mendapat wahyu dari malaikat Jibril dan kemudian membacanya. Wahyu tersebut adalah surat Yasin ayat 9, selimut Nabi Muhammad diserahkan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib untuk mengelabuhi musuh, kemudian Nabi Muhammad keluar dan menaburkan tanah ke arah atas kepala orang-orang kafir tersebut sambari membaca ayat tersebut. Adapun ayat yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW saat itu adalah surat Yasin ayat 9 yang berbunyi: وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ Artinya: "Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat". (QS. Yasin : 9) Berkat kemuliaan Nabi yang membaca ayat tersebut, orang-orang kafir yang sudah mengintai dan menyelimuti rumah Nabi Muhammad tertidur pulas dan tidak sadarkan diri. Sebagian besar menekankan bahwa para pengepung tersebut tidak bisa melihat Nabi. Sementara pasukan orang kafir tertidur, Nabi Muhammad akhirnya bisa pergi dengan bebas ditemani Abu Bakar dan menuju Gua Tsur. Hingga kemudian Nabi Muhammad dan Abu Bakar melakukan perjalanan hijrah menuju Madinah. Pasukan kafir Quraisy tersebut baru terbangun ketika fajar. Mereka terperdaya ketika masuk ke rumah nabi Muhammad, hanya bertemu sahabat Ali bin Abi Thalib yang sedang tidur menggunakan selimut Nabi Muhammad SAW.
Ust. Nur Hamid Sholeh., Lc
2/5/20251 min read