Jangan Sampai Hanya Karena Hal Sepele, Hajimu Tidak Diterima


Persiapan Spiritual Untuk Ibadah Haji
Seorang muslim yang aktif melakukan berbagai kegiatan positif yang berkaitan ibadah untuk mendekatkan diri pada Alloh SWT, maupun kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan untuk menjalin hubungan baik antar sesama sayogyanya harus dengan niat yang baik dan tulus ikhlas, mengingat tanpa landasan niat yang benar maka kegiatan positif akan berdampak negatif baik untuk diri sendiri maupun orang lain, semisal melakukan ibadah haji sekedar untuk mendapatkan status sosial sehingga menimbulkan ujub sombong nilai pahala hajinya pun menjadi batal atau rusak. Pernah sempat viral di media sosial seorang artis sepulang dari ibadah umrah bukan nya menjadi pribadi muslim yang lebih baik tapi justru sebaliknya dia tetap dalam lubang kemaksiatan, bahkan ada yang menjadi murtad. Hal yang sama bisa terjadi di dalam hidup bersosial untuk bertujuan membantu sesama tapi tanpa didasari niat yang benar malah berakibat petaka, semisal sering menyantuni seorang janda tapi berakibat kerusakan rumah tangga, dan masih banyak contoh hal serupa yang terjadi dikalangan masyarakat muslim. Tentu kita sebagai sorang muslim selalu mengharap pahala sebesar besarnya yang merupakan konsekuensi dari berbagai perbuatan, baik bersifat muamalah dengan Alloh SWT maupun muamalah dengan manusia dan agar hal itu bisa terjadi maka setiap tindakan harus dengan niat yang shahih seperti ungkapan syeh zarnuji di dalam kitabnya ta’limul muta’alim : كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة Artinya: “Banyak perbuatan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus untuk beribadah. Banyak pula perbuatan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi bergeser menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk. Kesucian niat adalah kunci dari setiap perbuatan yang kita lakukan apakah bernilai ibadah atau sebaliknya yaitu bernilai maksiat yang mengakibatkan kemudhorotan. Inti dari niat yang shahih hanyalah semata untuk mendekatkan diri pada Tuhan yang maha kuasa untuk meraih ridhoNya tanpa embel-embel apresiasi dari manusia. Apabila ridho Alloh telah tergapai pastinya kebaikan dan keselamatan dunia akhirat akan kita raih. Dan kesucian niat akan menggugurkan gelapnya dosa-dosa hingga pada akhirnya di penghujung hayat hanya hati bersih lah yang akan selamat dari hisabNya, Allah SWT berfirman : يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ , إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ Artinya : Pada hari harta dan anak-anak tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. ( QS. As-Syu'ara' : 88 - 89)
Ust. H. Nur Hamid Sholeh., LC
12/28/20241 min read