PETIK HIKMAH DARI PERJALANAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Atas Segala Kesusahan Pada HambaNya, Allah selalu membersamai.

Sepenggal Kisah Hijrah Rasul

Allah pun telah mengatakan di dalam firman-Nya: إِن يَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡ‌ۖ وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦ‌ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ Artinya: “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.” (QS Ali Imran : 160). Maka, walaupun seluruh kekuatan dikerahkan, sumber daya dan sumber dana, logistik dan jaringan. Namun, jika Allah masih berkenan menolong hamba-Nya, seseorang, atau suatu kaum, maka tak ada yang dapat melawan-Nya. Semuanya akan tunduk di bawah kemahakuasaan-Nya. Allahu Akbar !!!! Berawal saat adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman mulai diarahkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir untuk mencari perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah. Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya memutuskan hijrah ke Yastrib (Madinah) setelah 13 tahun menyebarkan risalah Islam di Mekah, yang ditolak oleh suku Quraisy. Kitab Mukhtasor Al-Bidayah wan Nihayah, ringkasan karya Al-Hafidz Ibnu Katsir, mencatat bahwa hijrah ini merupakan perintah Allah untuk menyelamatkan dakwah Islam dari ancaman pembunuhan. Saat itu seluruh orang Muslim sudah berhasil hijrah ke Madinah, kecuali beberapa yang berhasil ditahan oleh orang musyrik. Posisi Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali juga masih di Makkah, menunggu restu dari Allah untuk turut hijrah. Orang yang pertama berhijrah dari Makkah ke Madinah adalah Abu Salamah bin Abdul Asad kemudian ‘Amir bin Rabi’ah bersama istrinya Laila. Kemudian ‘Abdullah bin Jahsy, kemudian sahabat-sahabat lain radhiyallahu ‘anhum, secara berkelompok, selanjutnya Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bersama saudaranya Zaid bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah. Tidak ada yang tinggal di Makkah melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa orang sahabat karena ditawan serta ada faktor lainnya. Ketika orang-orang musyrik mengetahui banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berhijrah, mereka berkumpul di Darul Nadwah membicarakan solusi permasalahan ini yang dihadiri juga bersama mereka oleh Iblis yang menyamar menjadi seorang Syaikh Najdy, sehingga mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikutsertakan bersama mereka sejumlah orang dari kabilah Quraisy sehingga pada saat pertumpahan darahnya tidak mungkin Bani Hasyim membuat perlawanan dan mereka pasti akan menerima diyat (bayaran ganti rugi). Tibalah waktunya orang musyrik untuk menghabisi Rasulullah. Malam hari tepat biasa Rasulullah sudah tertidur di ranjangnya, mereka sudah mengepung dan siap untuk menikam di tempat tidurnya. Sayang sekali, atas bisikan Jibril, Rasulullah sudah mengetahui rencana busuk ini. Begitu detik-detik menjelang penikaman, Ali sudah berada di ranjang menggantikan Rasulullah dengan ditutup selimut. Aksi kaum musyrik pun gagal. Sementara Rasulullah sendiri berhasil menyelinap kabur dengan mengelabuhi pandangan musuh dengan menaburi debu ke kepada mereka sambil membaca ayat Al-Qur’an: وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ Artinya: “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasin : 9) (Safyurrahman al-Mubarakfuri, h. 142-147) Ayat ini juga bisa kita amalkan saat keadaan darurat untuk mengelabuhi musuh. Mahakuasa Allah atas segala Kekuasaannya. Dari beberapa penjelasan ayat diatas kita dapat mengambil hikmah bahwa Allah akan menolong setiap hambaNya yang mengalami kesusahan dan Selalu Bersama hambaNya. MasyaAllah semoga kita senantiasa diberikan perlindungan atas segala sesuatu hal yang tyerjadi dalam hidup kita.

Ust. H. Nur Hamid Sholeh., LC

1/22/20251 min read